Hadits Nabi

"Barang Siapa Menunjukan Kepada Kebenaran Maka Baginya Pahala Seperti Pahala Pelakunya, Tanpa Mengurangi Pahala Sedikitpun Darinya."

Rabu, 02 November 2016

PENYIMPANGAN AKIDAH DAN CARA MENANGGULANGINYA.


Penyimpangan dan perpecahan dari akidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena akidah yang benar merupakan motifator utama bagi amal yang bermanfaat.

Masyarakat yang tidak dipimpin oleh akidah yang benar merupakan masyarakat bahimi (hewani), tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekalipun mereka bergelimang harta materi tapi terkadang hal itu malah menyeret mereka pada kehancuran, sebagaimana yang kita lihat pada masyarakat jahiliyah. Karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan pengarahan dalam penggunaannya, dan tidak ada pengarahan yang benar kecuali akidah yang benar pula.

“Wahai para Rosul , makanlah dari makanan yang baik –baik, dan kerjakanlah amal yang shalih.” (Al-Mukminun: 51)

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud,’ dan telah kami lunakan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (Saba’:10-11)

Maka kekuatan akidah tidak bisa lepas dari kekuatan materi. Jika hal itu terjadi dengan menyeleweng kepada akidah yang sesat/bathil, maka kekuatan materi akan berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak, seperti yang terjadi di Negara-negara kafir yang mempunyai materi namun tidak mempunyai akidah yang benar.

Ada beberapa sebab penyimpangan akidah shahihah yang harus kita ketahui:

1.      1. Kejahilan atau kebodohan terhadap akidah yang benar, karena adanya keengganan dalam mempelajari dan mengajarkanya, atau kurangnya perhatian terhadap nya, sehingga tumbuhlah generasi yang tidak mengenal akidah yang benar mapun sebaliknya.
Umar bin Khattab berkata: “Sesungguhnya ikatan simpul islam akan pudar satu persatu, manakala didalam islam terdapat orang (generasi) yang tidak mengenal kejahiliyahan.”

1.     2.  Fanatik pada suatu ajaran yang diwariskan nenek moyangnya, sekalipun hal itu salah, dan tidak memperdulikannya bahwa hal itu salah.

“Dan apabila dikatakan pada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah,’ mereka menjawab,’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk ?.” (Al Baqarah: 170)

3.  Taqlid buta, mengambil pendapat manusia tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki kebenarannya. Seperti yang dilakukan golongan Mu’tazilah, Jahmiyah dll.

4.  Berlebihan dalam mencintai wali dan orang-orang shalih, dan meletakkan mereka pada ketinggian derajat yang tidak semestinya. Seperti menganggap mereka bisa mendatangkan manfaat dan menolak madharat, menjadikan mereka perantara antara Allah dan makhlukNya, hingga ke taraf penyembahan para wali dan meninggalkan penyembahan kepada Allah. Sebagaimana telah terjadi pada kaum nabi Nuh terhadap orang-orang shalih (pada zaman itu) ketika mereka berkata,
“Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Yauq dan Nasr.” (Nuh:23)

*Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr adalah nama berhala-berhala yang terbesar pada kabilah-kabilah kaum nabi Nuh, yang semula nama-nama orang shalih.

5. Lalai terhadap perenungan ayat-ayat Allah, terbuai dengan teknologi-teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mereka mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata. 
Sebagaimana kesombongan Qorun yang mengatakan, 
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (Al Qashash: 78) 
Atau ucapan kesombongan yang lain:
 “Ini adalah hakku...” (Fushilat: 50)
 “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.” (Az Zumar: 49)
 Mereka tidak berfikir dan tidak pula melihat keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini dan yang telah menimbun berbagai macam keistimewaan di dalamnya. Juga yang telah menciptakan manusia lengkap dengan bekal keahlian dan kemampuan guna menemukan keistimewaan demi kepentingan manusia.

6-    Kosongnya keluarga dari pengarahan yang benar (menurut islam).
Rosulullah bersabda: “Setiap bayi iu dilahirkan atas dasar fitrah (islam). Maka kedua orangtuanya yang (kemudian) membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al Bukhari)

7-    Media pendidikan dan informasi enggan melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan yang tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi dan hiburan semata.

CARA-CARA MENANGGULANGI PENYIMPANGAN INI:

1.  Kembali kepada kitabullah dan sunnah Rosulullah untuk mrngambil akidah shahihah.

2.  Memberi perhatian pada pengajaran akidah shahihah, akidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.

3. Menetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Menjauhkan kitab-kitab kelompok penyeleweng atau sesat.

4. Menyebar para dai yang meluruskan akidah umat islam dengan mengajarkan akidah salaf serta menjawab dan menolak akidah bathil.

Sumber: Kitab Tauhid, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan.

Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Admin

Foto saya
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia