Hadits Nabi

"Barang Siapa Menunjukan Kepada Kebenaran Maka Baginya Pahala Seperti Pahala Pelakunya, Tanpa Mengurangi Pahala Sedikitpun Darinya."

Selasa, 04 Oktober 2016

Balaghoh (6), INSYA' GHOIRU THOLABI


INSYA GHAIRU THALABI الإنشاء غير الطلبي

وغيرُ الطَّلَبيِّ يكونُ بالتعجُّبِ والقَسَمِ وصِيغِ العُقودِ، كـ (بِعْتُ) و(اشتريتُ)، ويكونُ بغيرِ ذلكَ
Insya’ ghairu tholabi adalah berupa Ta’ajjub (takjub/kagum), Qosam (sumpah), ‘Uqud (akad-akad perjanjian) contoh BI’TU “aku menjual” ISYTAROITU “aku membeli”. Dan ada juga yg tidak demikian (contoh: Af’alur Roja =ASAA-HAROO-IHLAWLAQA, Af’alul Madhi =NI’MA, af’alul Dzammi BI’SA, dll).

وأنواعُ الإنشاءِ غيرِ الطَّلَبِيِّ ليستْ منْ مَباحثِ عِلْمِ المعانِي؛ فلِذا ضَرَبْنَا صَفْحًا عنها
Macam-maca Insya Ghairu Tholabi bukanlah pembahasan Ilmu Ma’ani, oleh karenanya kami menghindar dari membahasnya.

Beberapa Motif/Alasan Adz-Dzikr: Ziyadah Taqrir & Idhah dan At-Tasjil
Diantara motif-motif adz-dzikr (penyebutan lafazh)


1. “ZIYADAH TAQRIR & IDHAH” / Menambah penetapan (dalam diri pendengar) dan menambah penjelasan (untuk kefahaman pendengar).
Contoh :
أُولَـئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ULAA-IKA” ‘ALAA HUDAN MIN ROBBIHIM WA “ULAA-IKA” HUMUL-MUFLIHUUN. (“mereka itulah” yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan “mereka itulah” orang-orang yang beruntung )

2. “AT-TASJIIL” / mencatat, menandai pernyataan kepada pendengar sehingga tidak ada lagi timbul ke ingkaran.
Contoh sebagaimana hakim berkata kepada saksi:

هلْ أقرَّ زيدٌ هذا بأنَّ عليهِ كذا؟ فيقولُ الشاهدُ: نعم، زيدٌ هذا أَقَرَّ بأنَّ عليهِ كذا
HAL AQARRA “ZAIDUN HAADZAA” BI ANNA ‘ALAIHI KADZAA?
(apakah “Zaid ini” mengaku bahwa ia begini?)
Maka saksi menjawab:
NA’AM, “ZAIDUN HAADAA” AQARRA BI ANNA ‘ALAIHI KADZAA
(betul, “Zaid ini” mengaku bahwa ia begini.)

Motif al-Hadzf/alasan membuang lafazh
Beberapa motif AL-HADZF (pembuangan lafaz tanpa adanya qorinah)

1. IKHFAUL-AMR, Merahasiakan perkara pada selain mukhotob yg bersangkutan.
Contoh:
(أقبِلْ)، تريدُ (عليًّا) مثلًا
AQBIL! (terimalah olehmu!) dimaksudkan “olehmu” disini misalnya kepada seorang Ali saja. (karena diantara pemirsa hanya Ali dan mutakallim saja yg tahu qorinahnya)

2. DHIQUL-MAQOM, (sempitnya situasi) baik karena situasi menderita, contoh dalam Syair:

قَالَ لِي كَيْفَ أنْتَ قُلْتُ عَلِيلُ سَهرٌ دَائِمٌ وَحُزْن طَوِيلُ
QOOLA LIY KAIFA ANTA QULTU ‘ALIILU # SAHRUN DA-IMUN WA HUZNUN THAWIILU
Dia berkata padaku “bagaimana keadaanmu” aku menjawab “sakit,.. karena selalu sulit tidur dan kesediahan yg panjang” (yakni, “aku sakit”)

وإمَّا لخوفِ فواتِ فرصةٍ، نحوُ قولِ الصيَّادِ: (غزالٌ)
Atau situasi takut kehilangan kesempatan, contoh seorang pemburu berkata : GHAZAL! “kijang!” (yakni, “ini kijang”)

3. TA’MIM BIL IKHTISHAR (menjadikan umum dengan meringkas)
contoh:
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ
WALLAAHU YAD’UU ILAA DAARIS-SALAAM
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga)”
Yakni, YAD’UU “JAMII-A ‘IBAADIHI” (yakni, menyeru kepada “semua hambaNya”) tidak menyebut ma’mulnya menandakan pemberitahuan secara umum.

4. Memposisikan fi’il muta’addi sebagai fi’il lazim, dikarenakan tidak adanya target yang berta’alluq sebagai makmulnya.
Contoh Firman Allah:
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ
HAL YASTAWIL-LADZIINA “YA’LAMUUNA” WAL-LADZIINA “LAA YA’LAMUUN”?
Adakah sama orang-orang yang “mengetahui” dengan orang-orang yang “tidak mengetahui?” (yakni, pengetahuan ttg ilmu).

Bersandarnya kalimah fi’il pada Naibul Fail, juga dibilang sebagai motif al-Hadzf. Makanya disebutkan: dibuangnya Fa’il dikarenakan takut kepadanya atau kepada yg lain, atau karena sudah difahami, atau karana tidak diketahui. Contoh:
سُرِقَ المتاعُ
SURIQO AL-MATA’
Barang berharga itu telah dicuri

خُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
KHULIQOL-INSAANU DHA’IIFAA
Manusia tercipta sebagai insan dhaif

Kunjungi Juga: Balaghoh (8), INSYA' THOLABI, AMAR dan Balaghoh (7), ILMU MA'ANI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Admin

Foto saya
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia